Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Teknik fisika (Inggris: engineering physics)
adalah ilmu teknik atau rekayasa yang mempelajari berbagai bidang
aplikasi ilmu dasar, ilmu terapan dan pemanfaatan teknologi. Insinyur
teknik fisika diharapkan memiliki basis matematika, fisika, kimia
yang kuat serta ilmu perekayasaan yang menonjol karena bidang
pekerjaannya yang cakupannya sangat luas dimulai dari industri hulu
hingga hilir.
Saat ini di Indonesia pendidikan Teknik Fisika dilaksanakan di lima universitas yaitu Institut Teknologi Bandung di Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Universitas Nasional di Jakarta, dan Institut Teknologi Telkom di Bandung.
Daftar isi |
Penjelasan Umum
Teknik Fisika atau Engineering Physics adalah disiplin ilmu
yang tumbuh seiring dengan dan sebagai tanggapan terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. Sejarah menunjukkan bahwa
program pendidikan Teknik Fisika di seluruh dunia, khususnya di Amerika
Serikat, Eropa dan Kanada, berkembang dimulai sejak tahun 1940-an
setelah perguruan tinggi menyadari perlunya mendidik satu jenis
pendidikan keinsinyuran yang mempunyai dasar yang kuat dan cukup luas
terdiri dari ilmu-ilmu fisika dan matematika, serta dasar-dasar
engineering sesuai dengan perkembangan terakhir. Disiplin baru ini
diharapkan dapat menjembatani, mendekatkan dan turut serta dalam
berbagai kegiatan riset ilmu-ilmu terapan yang mendukung pengembangan
perekayasaan dan teknologi (engineering and technology).
Pada saat ini, para lulusan disiplin-disiplin perekayasaan dan
teknologi yang dikelola sesuai dengan pembagian disiplin ilmu-ilmu
teknik secara tradisional umumnya menghasilkan lulusan dengan keahlian
spesifik dan terspesialisasi. Hubungan antar disiplin perekayasaan dan
teknologi tersebut dengan ilmu-ilmu dasar murni dan ilmu dasar terapan
belum terjembatani. Adanya engineer yang dibekali dengan basis
matematika dan fisika yang kuat dan cukup lebar dapat meningkatkan
efisiensi dalam pelaksanaan R&D dan pemanfaatannya secara cepat di
sektor-sektor industri dan dunia usaha. Program studi Teknik Fisika
dengan demikian dapat memasuki seluruh tahap proses hulu ke hilir dalam
aplikasi ilmu-ilmu dasar, ilmu-ilmu terapan hingga di sektor hilir pada
pengembangan engineering dan pemanfaatan teknologi. Oleh karena fungsi,
visi dan misinya, profesi Teknik Fisika sering disebut sebagai frontier engineering, dan mampu bergerak pada garis batas pengembangan teknologi baru yang memanfaatkan ilmu-ilmu dasar, matematika dan fisika.
Disamping itu, perkembangan yang cepat dari teknologi mutakhir (advanced technologies)
memerlukan insinyur-insinyur yang mempunyai kemampuan antar-disiplin
dan mampu dengan cepat mengasimilasikan dirinya untuk memanfaatkan
kemajuan-kemajuan terakhir dari ilmu pasti dan alam. Seorang mahasiswa
Teknik Fisika akan mendapatkan bekal yang cukup ilmu-ilmu dasar (kimia,
fisika dan matematika) serta ilmu-ilmu keteknikan dari berbagai cabang
(teknik mesin, teknik elektro, teknik kimia, teknik material). Integrasi
dari ilmu-ilmu pengetahuan ini sangat diperlukan untuk pengembangan
teknologi tinggi, baik yang berlangsung saat ini maupun yang akan
terjadi pada masa yang akan datang.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, pendidikan Teknik Fisika pada
strata pertama (S1) ditekankan pada penguasaan ilmu dasar sains dan
engineering yang kokoh, sehingga lulusannya dapat berperan sebagai
katalisator atau integrator/ koordinator/ fasilitator/ project leader
dimana usaha-usaha yang bersifat multidisiplin dalam industri, penelitan
dan pengembangan (R&D / research and development) dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Pada strata yang lebih tinggi (S2), program
pendidikan diarahkan untuk memberikan bekal pada penguasaan ilmu-ilmu
baru dan penerapannya dalam berbagai bidang kajian dan industri.
Bidang-bidang kajian yang kini menjadi pilihan antara lain Computational Materials Science & Engineering, Optics and
Fiber Optics, Laser Communication, Instrumentation and Computation
Systems, Medical Instrumentations and Biophysics, Control System and
Engineering, dan Built-in Environment, Vibration and Acoustics.
Sejarah Teknik Fisika di Indonesia
Pendidikan Teknik Fisika pertama kali diadakan di ITB Bandung pada
tahun 1950-an. Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat penyerapan
industri di Indonesia semakin tinggi terhadap insinyur sehingga program
pendidikan yang sama perlu dibuka ditempat lain yaitu di ITS Surabaya.
Sejarah Teknik Fisika di ITB, Bandung
Pendidikan Teknik Fisika tumbuh di Indonesia atas prakarsa ketua
Fakulteit Teknik Universitas Indonesia, yang memandang perlu mengisi
lapisan pemisah antara sains dan Teknologi. Pada tahun 1950, Prof.
Dr.Ir. A. Nawijn, seorang ahli fisika teknik (natuurkundig Ingenieur)
bangsa Belanda, ditunjuk untuk mengelola jurusan pendidikan teknik yang
masih baru itu dengan nama Natuurkundig Ingenieur Afdeling. Pada tahun
1959 pendidikan teknik tersebut diberi nama Bagian Fisika Teknik yang
tergabung dalam Departemen Fisika/Fisika Teknik, dengan ketua Prof.Ir.
M.U. Adhiwijogo. Dalam waktu lima tahun, jumlah mahasiswa bagian Fisika
Teknik berjumlah 25 orang. Selama perjalanan sejarahnya, Teknik Fisika
ITB mengalami beberapa kali perubahan struktur organisasi:
Tahun 1963, Bagian Fisika Teknik menjadi bagian dari Departemen
Fisika Teknik dan Teknologi Kimia. Tahun 1972, menjadi Departemen Fisika
Teknik, salah satu departemen di bawah Fakultas Teknologi Industri.
Tahun 1980, menjadi Jurusan Teknik Fisika dibawah Fakultas Teknologi
Industri. Tahun 1999, menjadi Departemen Teknik Fisika dibawah Fakultas
Teknologi Industri. Tahun 2005, menjadi Program Studi Teknik Fisika
dibawah Fakultas Teknologi Industri. Apapun namanya, pendidikan Teknik
Fisika secara konsisten mengajarkan dasar matematika dan rekayasa yang
kuat pada mahasiswanya, serta selalu mengejar teknologi terkini yang
melibatkan fenomena-fenomena fisika. Pada tahun 2007, program studi
Teknik Fisika memiliki kapasitas mahasiswa (student body) sekitar 500
orang, dengan total lulusan lebih dari 2000 sarjana S1, 100 sarjana S2
dan 15 sarjana S3.
Sejarah Teknik Fisika di ITS, Surabaya
Program Studi Teknik Fisika pada awalnya merupakan Pada awal
berdirinya, bulan Nopember 1965, jurusan ini merupakan salah satu
Jurusan di Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) ITS, yang pertama
kali berdiri pada Nopember 1965. Dalam perkembangannya, sejak tanggal 10
Nopember 1983 bidang studi ini berkembang menjadi jurusan terpisah dan
berdiri di bawah Fakultas Teknologi Industri ITS dengan nama Program
Studi Teknik Fisika. Pemisahan secara resmi ditetapkan dalam Keputusan
Dirjen Dikti RI No. 116/Dikti/Kep/1984. Keberadaan Jurusan Teknik Fisika
di FTI saat ini tertuang dalam STATUTA ITS No.0443/o/1992 tanggal 18
Nopember 1992.
Pada tahun 1995 Jurusan Teknik Fisika FTI - ITS membuka program studi
D3 Instrumentasi sebagai jawaban atas tingginya permintaan pasar
terhadap tenaga ahli madya di bidang instrumentasi, dimana calon
mahasiswa Program Studi D3 Teknik Instrumentasi berasal dari beberapa
SMU dan SMK yang mayoritas di Jawa timur yang proses penerimaannya
dilaksanakan secara terpadu dengan program Studi D3 lainnya di ITS.
Sedangkan lulusan pertama Program Studi D3 Teknik Instrumentasi FTI -
ITS terjadi pada semester genap 1997 / 1998. Sekitar 30% aktivitas di
Program Studi D3 Teknik Instrumentasi merupakan pendidikan untuk
meningkatkan keahlian lulusan melalui praktikum di Laboratorium dan
Kerja Praktek.
Jurusan Teknik Fisika adalah salah satu Jurusan di Fakultas Teknologi
Industri ITS yang memberikan bekal ke mahasiswanya berupa ; Ilmu Fisika
dan matematika yang kuat serta rekayasa keduanya ( Rekayasa
Instrumentasi, Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan, Rekayasa Bahan,
Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan serta Rekayasa Fotonika ),
sehingga lulusannya cepat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, hal
ini merupakan ciri yang unik dari program pendidikan teknik fisika.
Sejarah Teknik Fisika di UGM, Yogyakarta
Jurusan Teknik Fisika merupakan salah satu jurusan di Fakultas teknik
UGM yang telah berdiri lebih dari 30 tahun yang lalu. Jurusan ini
didirikan pada tanggal 29 Agustus 1977, dan masih bernama Jurusan Teknik
Nuklir. Jurusan ini didirikan sebagai bagian dari kerjasama Badan
Tenaga Atom Nasional (sekarang Badan Tenaga Nuklir Nasional) BATAN
dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terjalin sejak Kerja Sama
Induk pada tanggal 5 November 1974 yang kemudian diperpanjang pada
tanggal 22 Februari 1978. Kerja sama ini dicatat dalam beberapa Naskah
Pengaturan Kerjasama antara Fakultas Teknik UGM dengan Pusat Penelitian
Bahan Murni dan Instrumentasi (PPBMI) BATAN Yogyakarta dan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (pusdiklat) BATAN di Jakarta.
Ada dua tokoh penting yang berperan besar dalam pendidirian Jurusan
Teknik Nuklir ini, yaitu Ir. Soetojo Tjokrodihardjo, Dekan Fakultas
Teknik UGM saat itu, dan Prof. Ahmad Baiquni, M.Sc.,Ph.D, Dirjen BATAN
saat itu. Jurusan Teknik Nuklir didirikan didasari oleh pandangan
tentang pentingnya teknik nuklir, khususnya nuklir sebagai engineering,
bukan sebagai sains atau ilmu Jurusan ini dan juga bertujuan untuk bisa
menjadi lambung sumber daya manusia Indonesia di dalam pengembangan
teknologi nuklir, terutama menyokong pendiria PLTN pertama di Indonesia.
Jurusan Teknik Nuklir ini, ketika awal pendiriannya masih belum
berada di komplek Fakultas Teknik di jalan Grafika, namun masih
ditempatkan di Sekip bersama – sama Jurusan Teknik Kimia, Teknik Geodesi
dan KPTU Fakultas Teknik UGM . Baru pada tahun 1992 Jurusan Teknik
Nuklir ini dipindahkan ke Grafika. Pada awal pendiriannya, Jurusan
Teknik Nuklir UGM menyelenggarakan pendidikan hanya pada tingkat Sarjana
saja selama hanya empat semester. Pada saat itu, JTN juga memberikan
kesempatan pada mahasiswa baru yang mempunyai ijazah Sarjana Muda Teknik
Kimia, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Fisika dan Kimia, di samping
mahasiswa tugas belajar dari beberapa instansi. Seperti yang telah
diungkapkan di atas, Jurusan Teknik Nuklir tidak langsung membuka kelas
sarjana Strata – 1, namun baru pada tahun akademik 1981/1982 , sedangkan
program lama ditutup pada semester ganjil tahun akademik 1984/1985.
Karena adanya keinginan untuk memperluas kompetensi keilmuan di bidang
energi, dan tidak hanya berkonsentrasi di bidang Nuklir, maka pada tahun
1998 teknik Nuklir mengadakan satu prodi tambahan yaitu Fisika Teknik.
Dalam prodi Fisika teknik ini dipelajari berbagai macam sumber energi
dan rekayasanya, seperti Rekayasa Energi Alternatif, Air, Angin,
Biomassa, Nuklir, dan Surya hingga Kebijakan, Konservasi, dan Manajemen
Energi dan juga Optimasi Pembangkitan Daya-nya. Selain kompetensi
pendidikan pada bidang Rekayasa dan Manajemen Energi, di Program studi
Fisika Teknik UGM mahasiswa dapat menekuni bidang Instrumentasi dan
Kontrol, Fisika Bangunan dan Akustik, dan Teknologi Material.
Dan akhirnya pada tanggal 25 Juli 2001, Jurusan Teknik Nuklir UGM
berganti nama menjadi Jurusan Teknik Fisika yang memiliki dua Prodi
yaitu Teknik Nuklir dan Fisika Teknik. Jurusan Teknik Fisika UGM dikenal
sebagai jurusan yang menghasilkan mahasiswa dan lulusan yang mampu
mengaplikasikan secara kuat ilmu fisika dan matematika serta rekayasa
keduanya. Namun tidak menutup kemungkinan mahasiswa dan lulusannya mampu
di bidang lainnya karena cakupan di Teknik Fisika sangatlah luas. Hal
inilah yang menjadi ciri khas Jurusan Teknik Fisika.
Kurikulum
Kurikulum Program Sarjana (S1) di Teknik Fisika berlangsung dalam
tiga tahap dengan total kredit adalah 144 sks. Pada tahap pertama atau
Program Tahap Persiapan Bersama (TPB) mahasiswa akan mempelajari
ilmu-ilmu dasar. Pada tahap kedua atau Tahap Sarjana Muda, mahasiswa
akan mempelajari dasar-dasar ilmu rekayasa, dan pada Tahap Sarjana,
mahasiswa akan dibekali dengan bidang-bidang keahlian yang diminatinya.
Bidang Keahlian Teknik Fisika
Bidang-bidang keahlian bidang Teknik Fisika antara lain :
- Kelompok Bidang Keahlian Instrumentasi dan Kontrol
- Kelompok Bidang Keahlian Fisika Bangunan, Akustik dan Energi
- Kelompok Bidang Keahlian Rekayasa Bahan (Semi konduktor, Super konduktor, Komposit, Bahan Elektronik)
- Kelompok Bidang Keahlian Optik dan Laser
Bidang Ilmu Dasar
- Fisika
- Kimia
- Konsep Teknologi
- Matematika
- Humaniora
Dasar Rekayasa
- Matematika Rekayasa
- Fenomena Gelombang
- Termodinamika
- Elektronika
- Medan Elektromagnetik
- Metode Pengukuran
- Fenomena Transport
- Sistem Logika Digital
- Kontrol Otomatik
- Fisika Material
- Teknologi Sensor
Beberapa kuliah pilihan
- Instrumentasi dan Pengukuran Industri
- Analitik
- Akustik
- Optik
- Kontrol Modern
- Sistem Kontrol Cerdas
- Teknik Pencahayaan
- Teknologi Proses Material
- Manajemen & Ekonomi Kerekayasaan
Profil Lulusan dan Lapangan Kerja
Lulusan Teknik Fisika bekerja di berbagai industri sebagai insinyur profesional di bidang instrumentasi dan kontrol (instrumentation and control), akustik dan teknik pencahayaan (lighting), teknologi bahan (material science), serta tata udara (refrigeration and air conditioning),
staf peneliti di bidang teknologi terapan, staf pengajar di institusi
pendidikan. Kelebihan yang spesifik dari lulusan Teknik Fisika adalah
kemampuannya untuk bekerja dengan sistem yang melibatkan secara simultan
banyak aspek fisika dan teknik.
Meskipun demikian, dunia industri di Indonesia pada umumnya hanya
mengenal keahlian instrumentasi dan kontrol adalah keahlian dari alumni
Teknik Fisika. Sehingga profesi insinyur instrumentasi (instrument
engineer), insinyur pengendalian (control engineer), insinyur
otomatisasi (automation engineer) dan lain-lainnya selalu ditempati oleh
para insinyur lulusan Teknik Fisika.
Industri yang menyerap lulusan Teknik Fisika :
- Industri Rekayasa dan Konstruksi (EPC : Engineering, Procurement & Construction)
Industri ini dimotori oleh perusahaan-perusahaan yang menangani
rancang bangun suatu pabrik (plant) (contohnya: kilang minyak, pabrik
petrokimia, pembangkit listrik), atau merancang bangun fasilitas
produksi (contohnya: anjungan minyak dan gas lepas pantai, jalur
produksi / perakitan otomatis, dll.). Rancang bangun ini dilakukan mulai
dari atas kertas hingga mulai beroperasi.
Dalam pengerjaan rancang bangun suatu pabrik atau fasilitas produksi
ini, lulusan teknik fisika akan bekerja sama sangat erat dengan process
engineer (biasanya lulusan teknik kimia). Process engineer akan
merancang dan menentukan alur proses dan unit-unit pemroses apa saja
yang diperlukan, dan menuangkannya dalam process flow diagram serta
P&ID (piping and instrument diagram). Sebagai instrument engineer,
lulusan teknik fisika kemudian akan memberi input dan memfasilitasi
otomatisasinya dengan diantaranya :
1. Merancang dan atau memilih alat ukur besaran proses yang sesuai (mis.: orifice DP flowmeter atau ultrasonic flowmeter?)
2. Merancang dan atau memilih final control element (mis.: menentukan kapasitas, karakteristik dan material dari control valve)
3. Mendiskusikan dan menentukan strategi kontrol yang tepat (mis.: proses bersifat sequential atau kontinu?)
4. Merancang sistem pengaman proses (process safety/safeguarding system) (mis.: safety logic diagram, cause and effect diagram)
5. Merancang dan atau memilih implementasi teknologi otomasi yang sesuai (mis.: menggunakan PLC atau DCS?)
6. Memfasilitasi agar representasi besaran-besaran proses tersedia di
layar monitor control room (mis.: gambar pompa warna merah berarti
pompa tersebut trip, dll.)
7. Mengkaji P&ID beserta dokumen terkait lainnya dalam HAZOP
(hazard & operability studies) bersama-sama process engineer, piping
engineer, mechanical engineer, operation engineer, maintenance
engineer, safety engineer, dll. untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
kekurangan yang ada sebelum disain dari pabrik atau fasilitas produksi
dibangun. (mis.: apakah tersedia alarm proses, alarm kebocoran gas,
alarm kebakaran, emergency shutdown, dll. yang sesuai?)
Interface dengan piping engineer dan mechanical engineer (lulusan
teknik mesin) juga diperlukan untuk menentukan karakteristik dari
material instrumentasi, menentukan cara penempatannya di perpipaan dan
tanki / unit proses, dll. Sedangkan interface dengan electrical engineer
(lulusan elektro arus kuat) diperlukan untuk memfasilitasi tersedianya
indikasi dan alarm alat produksi (pompa, kompresor, turbin, dll.) di
control room.
Berikut adalah beberapa nama perusahaan nasional maupun multinasional
yang bergerak dalam bidang rancang bangun pabrik dan fasilitas produksi
yang banyak memiliki insinyur instrumentasi didalamnya: PT Tripatra, PT
Rekayasa Industri, PT McDermott Indonesia, PT IKPT, PT Amec Berca, PT
KBR Indonesia, PT Gunanusa Fabricator, PT. Technip, PT CeriaWorley, PT
Pertafenikki, PT Saipem, dll. Untuk melihat contoh aktivitas pekerjaan
apa saja yang dilakukan dapat dilihat di website masing-masing,
seperti : tripatra.com, technip.com, etc.
- Industri Produk Sistem Instrumentasi dan Integrator Sistem
Industri ini dimotori oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi
sistem instrumentasi dan kontrol (vendor) maupun perusahaan yang
bersifat melakukan perancangan sistem kendali pabrik terintegrasi.
Adanya produksi instrumentasi dengan berbagai jenis merek, memungkinkan
suatu pabrik menggunakan sistem instrumentasi dan kontrol dengan merek
yang berbeda-beda dimulai dari lapangan sampai ke tingkat manajemen
parbik. Dibutuhkan suatu usaha untuk mensinkronkan kerja dari alat-alat
tersebut supaya berfungsi dengan baik dan optimal. Suatu perusahaan bisa
murni melakukan pekerjaan integrasi sistem ataupun melakukan pekerjaan
integrasi sistem sekaligus menjual produk instrumentasi. Berikut adalah
beberapa nama perusahaan nasional maupun multinasional yang bergerak
sebagai supplier dan service provider perangkat instrumentasi dan
kontrol, dan banyak memiliki insinyur instrumentasi didalamnya: PT
Yokogawa Indonesia, PT Widya Pandu Ekatama, PT Control System Indonesia,
PT Transavia Otomasi Pratama, PT Wifgasindo Dinamika Instrument
Engineering, PT Somit Karsa Trinergi, dll. Untuk melihat contoh
perangkat instrumentasi dan kontrol, website vendor induknya dapat
dilihat, seperti : emersonprocess.com, yokogawa.com, etc.
- Industri Pengolahan dan Manufaktur
Pabrik atau fasilitas produksi yang sudah berjalan memerlukan
insinyur instrumentasi dan kontrol untuk melakukan perawatan,
penyelesaian masalah ataupun perancangan sistem baru yang akan
ditambahkan pada pabrik atau fasilitas produksi. Hal ini karena semua
industri sekarang menggunakan otomatisasi sebagai bagian integral dari
unit proses atau fasilitas produksi. Tanpa otomatisasi atau
instrumentasi pabrik atau fasilitas produksi akan menjadi sangat tidak
efisien dan seringkali membahayakan.
Industri pengolahan dan manufaktur memiliki banyak ragam, mulai
industri hulu hingga hilir seperti : industri minyak dan gas, industri
pupuk, industri semen, industri makanan dll. Industri manufaktur
memiliki banyak ragam dari mulai industri manufaktur elektronika,
manufaktur kendaraan bermotor (mobil/motor), manufaktur peralatan
industri, dll. Berikut adalah beberapa nama perusahaan nasional maupun
multinasional yang memiliki pabrik atau fasilitas produksi dan banyak
memiliki insinyur instrumentasi didalamnya: PT ExxonMobil Oil Indonesia,
PT Chevron Indonesia, PT. Total E&P Indonesie, PT Pertamina
E&P, PT Medco Indonesia, PT Pupuk Kaltim, PT Chandra Asri, PT
Asahimas Chemical, PT Semen Gresik, PT Unilever Indonesia, PT Panasonic
Indonesia, PT Astra International, dll.
Sarjana Teknik Fisika sebagai "Multi-variable / System Integration Engineer"
Kurikulum Teknik Fisika yang bersifat multi-disiplin memungkinkan
lulusannya untuk secara alami bekerja menangani sistem yang bersifat
multi-variable. Salah satu "habitat" lulusan teknik fisika yang bersifat
multi-variable adalah lingkungan profesi Insinyur Instrumentasi /
Otomasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar